Menggapai Sukses : Mengubah Takdir Dengan Upaya Terbaik
Bulan ini K-Link Indonesia memasuki usianya yang ke 12, semoga Allah SWT mentakdirkan kita untuk sukses dunia dan akhirat bersama K-LINK. Bersama K-LINK kita jemput rezeki yang halal dan berkah, rezeki yang telah disiapkan oleh Allah SWT untuk setiap hambaNya, yang kita gunakan untuk mencukupi semua kebutuhan dalam rangka mendeka kepada-Nya. Semoga kesuksesan yang kita raih menambah rasa syukur kita kepada Allah SWT, menambah iman (percaya) kepada Allah SWT serta janjiNya yang benar dan nyata.
Jika kita belum mencapai kesuksesan, segeralah bermuhasabah atau mengevaluasi diri, untuk memperbaiki sikap dan tindakan dalam menjalankan bisnis ini.
Jangan lupa, berharap (Rojaa’) kepada Allah adalah suatu kewajiban bagi setiap orang beriman. Berharaplah bahwa Allah SWT akan memberi jalan, jika Anda mematuhi sunnatullah (aturan-aturan Allah) dalam meraih sebuah kesuksesan.
Allah SWT berfirman: “Dan apabila hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat (dengannya). Aku akan mengabulkan permintaan hamba-Ku apabila ia memohon kepadaKu, hendaklah dia memenuhi aturanKu, dan hendaklah mereka percaya kepadaKu, agar mereka mendapatkan petunjuk” (Q.S. Al-Baqarah 2:186).
Sukses dalam menjemput rezeki merupakan hal yang diinginkan oleh hampir semua orang, termasuk para mitra K-LINK. Faktanya, tidak selamanya kesuksesan membuat seseorang menjadi lebih baik. Terkadang kesuksesan justru membuat seseorang makin lupa diri, merasa hebat, ingin selalu dihormati, sombong, bahkan makin banyak berbuat maksiat dan jauh dari Tuhan. Hal itu mungkin menjadi penyebab tertundanya takdir kesuksesan. Kita telah melihat contoh di sekitar, kesuksesan bisa membawa seseorang semakin dekat kepada Allah SWT, atau sebaliknya. Contoh-contoh ini bisa menjadi pelajaran sebelum kita meraih sukses di K-LINK.
Jika yang menjadi tolok ukur kesuksesan adalah rezeki, maka kita harus percaya bahwa Allah telah menyiapkan rezeki untuk semua hambaNya.
Semua sudah disiapkan olehNya. “Tidak ada mahkluk yang melata di bumi kecuali wajib bagi Allah SWT untuk memberikan rezeki kepadanya. Dia Maha Tahu dimana dia berada dan dimana dia tersimpan. Semua itu sudah tercatat dalam kitab yang nyata / Lauhul Mahfudz” (Q.S. Hud 11:6).
Jadi, tetaplah berharap dan berharap kepadaNya, mohonlah agar kita mendapatkan rezeki yang banyak, halal dan menambah kebaikan (berkah) untuk diri dan keluarga. Persiapkanlah diri untuk menerima rezeki yang lebih banyak dengan terlebih dahulu memperbaiki sikap atau akhlak diri.
Lakukanlah perubahan dimulai dari diri sendiri.
Perubahan cara berpikir tentang uang, ukuran dan tujuan sukses, perubahan cara memprospek orang lain, perubahan pola pikir ketika memperkenalkan bisnis K-LINK. Juga perubahan cara memandang upline dan downline, cara pandang terhadap perusahaan dan manajemen, termasuk mengubah perilaku dan cara kita meminta kepada Allah SWT.
Tentu perubahan yang saya maksud adalah perubahan menjadi lebih baik. Perubahan adalah suatu keharusan dari Tuhan bagi setiap orang yang ingin meraih kesuksesan. “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan yang terdapat pada suatu kaum, sehingga mereka mulai melakukan perubahan pada diri mereka sendiri” (Q.S. Ar-Ra’d 13:11).
Setelah melakukan perubahan ke arah positif, tetaplah berusaha menjalankan sunnatullah yang sudah dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah, yang ditafsirkan oleh para ulama’, ustadz dan mungkin juga oleh para upline. Hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah berbaik sangka kepada Allah SWT. Jangan sesekali kita merasa cemas dan ragu, karena Allah SWT akan memperlakukan hambaNya sesuai dengan prasangka hamba kepadaNya.
Rasulullah SAW menjelaskan dalam sebuah hadits, bahwa Allah SWT berfirman : “Aku berada pada prasangka hambaKu, maka hendaklah dia berprasangka kepadaKu sesuai keinginannya”. Hadits ini diriwayatkan oleh Hakim dalam kitab Al-Mustadrak, hadits ke-7603 (Vol IV; hal. 268). Hadits lain memperjelas dimana Allah SWT berfirman : “Aku berada pada prasangka hambaKu. Jika dia berprasangka baik, maka kebaikan itu untuknya, dan jika dia berprasangka buruk, maka keburukan itu untuknya. (H.R. Ahmad dalam kitab Al-Musnad hadits ke-9076 (Vol. XV; hal. 36). (HM. Sofwan Jauhari Lc, M. Ag).